Aku lelah jika harus terus berlari lagi.
Aku tak tahu lagi apa yang kurasa.
Sepi sendiri dalam keramain berjuta juta manusia.
Sakit rasanya hidup dalam memori ketika dunia ini berubah hanya aku sendiri tenggelam dalam depresi, mengingat potret kehampaan yang telah datang hancurkan semua.
Mereka mencoba mengambil apa yang telah ku bangun.
Aku tak ingin dunia melihatku sekarang.
Yang aku lakukan adalah cara memalingkan rasa luka, habis sudah.
Mungkin masaku tak ada yang tersisa.
Mereka tak akan pernah mau mengerti apa yang telah aku rasakan dan semua cerita di belakang itu.
Ada beberapa manusia yang berucap sumpah bahwa mereka peduli pada apa yang aku rasakan, tetapi seiring berjalannya waktu aku sadar itu hanya sebuah kiasan.
Mungkin sekarang waktunya aku pindah haluan meninggalkan semua dan berlari ke arah dunia baru, tetapi tetap saja aku teringat teriakan dan ancaman itu.
Tak ada yang tahu...
Bahkan aku tak tahu untuk apa aku menulis semua ini?...
UNTUK APA?
Lebih baik aku pergi ke suatu tempat yang tak ada seorang pun yang tahu dimana aku bisa mewarnai awan menjadi hijau dan rumput menjadi biru, tapi aku sadar seiring hujan berlalu menerpa segitiga dengan mata bahwa di dunia ini tak ada tempat seindah surga karena semua adalah fana.
Untuk apa aku hidup jika untuk menikmati arti kata tertekan atau depresi?
Lebih baik aku kaitkan saja leherku ini ke tali yang telah di gantung atau minum merasakan tubuh yang dimasukan obat nyamuk, tapi bukan caranya aku lari seperti itu.
Aku bukannya tidak bisa mengatasi segalanya, tapi aku hancur dan lemah tak ada satupun yang tahu akan hal ini karena akupun selalu sembunyi di dalam senyum palsu yang ku rajut sehingga menutupi kegelisahaan berasalah tertekan dan lain lain.
Cukup aku saja yang merasakan semua ini jangan ada orang lain karena ini sangatlah racun bagi hidup...
AKU LELAH!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar